Kamis, 01 Maret 2018

makalah PSIKOPATOLOGY (Penyakit Hati)

PSIKOPATOLOGY
(Penyakit Hati)
MAKALAH
Di susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Islam
Dosen Pengampu:  Muzdalifah,S.Psi,M.Si


Di susun oleh:
1)      Muhammad Noor Firdaus       (1410210013)
2)      Anni Khirza Millati                  (1410210020)
3)      Iva Fauziyah                                    (1410210021)


 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2015
A.    Latar Belakang
Akibat dominasi pola kehidupan modern yang materialistik dan egoistik, mengakibatkan psikologis umat manusia semakin tidak menentu. Tatanan dan tradisi yang telah mengakar dan teruji validitasnya selama berabad-abad berubah begitu saja, meskipun apa yang didapat belum tentu menjawab berbagai problem kesehariannya. Karenanya tidak mengherankan apabila akhir-akhir ini  ditemukan berbagai perilaku yang aneh-aneh dan  nyeleneh yang dianggap sebagai gejala patologis sebagai kehidupan modern.

Psikopatologi (Penyakit Hati)
A.    Pengertian dan Asumsi Psikopatologi Islam
Psikopatologi adalah cabang ilmu pengobatan yang berkaitan dengan sebab-sebab penyakit dan prosesnya serta pengaruhnya terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Menurut Chaplin, patologi (pathology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan. Atau, satu kondisi penyakit atau gangguan. Sedang psikopatologi (psychopatology) adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam ighasah al lahfan membagi qolbu (sebagai inti dari struktur psikis manusia) dalam tiga bagian:  pertama, qolbu shahih (jiwa yang sehat), yaitu qolbu yang hidup (hayy), bersih dan selamat. Maksud qolbu yang sehat adalah qolbu yang selamat dari belenggu hawa nafsu, sehingga ia mampu melaksanakan ibadah  dan melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Aktivitas qolbu ini hanya diorientasikan kepada Allah, baik dalam takut, berharap, cinta, berserah diri, ikhlas, dan bertaubat. Qolbu model ini dapat dipahami dalam QS. Al-Syu’ara ayat 89 “kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qolb Salim)”.
Kedua, qolbu mayt ( jiwa yang mati), yaitu qolbu yang tidak lagi mengenal Tuhan-nya, meniggalkan ibadah, perbuatan hanya untuk menuruti syahwat sehingga mengakibatkan kebencian dan murka Tuhan. Qolbu model ini menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpinnya, syahwat sebagai panglimanya, kebodohan sebagai sopirnya, lupa sebagai kendaraanya. Jika ia berpikir akan menghasilkan sesuatu yang bermotivasi duniawi.
Ketiga, qolbu marid (jiwa yang sakit), yaitu qolbu yang hidup tetapi memiliki penyakit kejiwaan, seperti iri hati, sombong atau angkuh, membanggakan diri, gila kekuasaan, dan mudah membuat kerusakan di muka bumi. Model yang ketiga ini dapat dipahami dalam QS.al-Baqarah ayat 10  dan al-Hajj ayat 53:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;” (QS. Al-Baqarah:10).
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya” (QS.Al-Hajj:53).
Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa salah satu model psikopatologi dalam Islam adalah semua perilaku batiniah yang tercela, yang tumbuh akibat menyimpang (inkhiraf) terhadap kode etik pergaulan, baik secara vertical (ilahiyah) maupun horizontal (insaniyah). Penyimpangan perilaku batiniah tersebut mengakibatkan penyakit dalam jiwa seseorang, yang apabila mencapai puncaknya mengakibatkan kematian. Penderita penyakit batiniah ini secara fisik boleh jadi berpenampilan gagah, tegap, dan kuat, namun batinnya rapuh, menderita, resah, gelisah, gersang, dan tidak mampu menikmati kejayaan fisiknya. [1]
Karena bahan dasarnya demikian, maka hati nurani rentan terhadap penyakit. Di antaranya hasud (iri/ dengki), yakni ingin menyaingi orang lain dan ingin mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Tidak suka melihat orang lain maju, atau berhasil. Suka mengadu domba (nammam). Sombong (takabbur) merendahkan orang lain, merasa paling hebat. Bangga pada diri sendiri (‘ujub) dan sebagainya.
Sedangkan penyakit hati yang bersifat jasmani ialah berupa hepatitis, infeksi/ racun, kelainan genetik, gangguan imun, kanker, dan sebagainya.
Upaya penyakit fisik ini, tentu saja obatnya ada pada medis. Tetapi untuk penyakit psikis, sudah barang tentu akan kembali kepada sesuatu yang bersifat psikis pula. Akan tetapi bukan berarti sesuatu yang bersifat psikis tidak mampu mengobati  penyakit fisik, para ahli mengatakan, bahwa, “kondisi psikis akan mempengaruhi saraf dan saraf akan mempengaruhi kelenjar, kelenjar akan mengeluarkan cairan (hormon) dalam tubuh, cairan ini akan mempengaruhi kekebalan tubuh”. Dalam dunia medis dikenal dengan  psiko Neuro Endokrin Immunologi (PNI).
Maka berdasarkan hal tersebut, Mujib membagi psikopatologi (gangguan mental) yang disebabkan oleh faktor-faktor spiritual dan agama menjadi enambelas bentuk, yaitu sebagai berikut:[2]
a.       Syirik; secara psikopatologis adalah kepercayaan, sikap dan perilaku mendua terhadap masalah yang fundamental dalam kehidupan manusia. Gejalanya penderita meyakini Allah sebagai tuhannya tapi amal perbuatannya diorientasikan bukan untuk-Nya melainkan untuk sesuatu yang sifatnya temporer dan nisbi seperti kepada roh halus. Penyakit syirik yang menyerang orang mukmin tergolong psikopatologi sebab pelakunya tidak mampu mengintegrasikan kepribadiannya dengan baik. Seseorang yang menghambakan diri pada sesuatu selain Allah berarti ia menerima perbudakan, membelenggu diri dan mengekang kebebasannya. Perilaku syirik ada yang teraktual dalam bentuk ucapan, pikiran dan perbuatan. Hampir semua bentuk psikopatologis dalam perspektif Islam bermuara pada syirik karena ia menjadi sumber penganiayaan (zhulm) diri yang berat (QS. Lukman: 13), sumber rasa takut (QS. Ali Imran: 151), sumber dari segala kesesatan dan dosa yang tak terampuni, padahal dosa merupakan sumber konflik batin (QS. An-Nisa’: 48, 116) tidak memilki peenolong dalam menyelesaikan sesuatu (QS. Al-Maidah: 72), seburuk-buruk makhluk (QS. Al-Bayyinah: 6), dimurkai dan dikutuk Tuhan (QS. Al- Fath: 6) semua aktifitas baiknya tidak dianggap (QS. Az-Zumar: 65).
b.      Kufur; mengingkari terhadap sesuatu yang sebenarnya. Apabila menjangkiti orang mukmin, seperti kufur nikmat, maka tergolong psikopatologi sebab pelakunya tidak tahu diri, tidak sadar diri, dan tidak tahu berterimakasih.
c.       Bermuka dua (nifaq). Nifaq adalah menampakkan sesuatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi keburukan, kebusukan dan kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan qalbunya. Nifaq merupakan karakter orang munafik yang tergolong psikopatologi. Penderitanya tidak mampu menghadapi kenyataan yang sebenarnya, sehingga dia berdusta jika berbicara, ingkar jika berjanji dan khianat bila dipercaya.
d.      Riya’; yaitu melakukan suatu  perbuatan karena pamrih, pamer atau cari muka pada orang lain. Seseorang yang melakukan riya’ berarti tidak mampu merealisasikan dirinya dengan baik. Riya’ termasuk psikopatologis karena pelakunya berbuat sesuatu hanya untuk mencari muka tanpa memperhitungkan produktifitas dan kualitas amaliahnya. Secara spiritual juga disebut penyakit sebab pelakunya telah menyalahi perjanjian ketuhanan di alam arwah, untuk beribadah kepada-Nya.
e.       Marah; gadab (marah) menunjukkan tingkat kelabilan kejiwaan seseorang karena ia tidak mampu mengendalikan amarahnya. Yang dimaksud di sini adalah ketika kemarahan berkobar tak terkendali maka kesadaran nurani terhalangi yang kemudian mendatangkan sakit hati yang berat.
f.        Lupa (gaflah atau nisyan); yang dimaksud di sini adalah kelupaan yang disengaja terhadap suatu keyakinan, nilai-nilai hidup yang mendasar dan pandangan hidupnya yang mengakibatkan segala tindakannya menjadi tidak teratur, merugikan dan dapat menjerumuskan ke dalam kehancuran. Seperti: lupa mengingat Allah karena dirinya dikuasai setan, melupakan ayat-ayat Allah setelah dirinya beriman dan lupa karena mengikuti hawa nafsu.
g.       Waswas (mengikuti bisikan setan) waswas merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa yang dapat merusak citra diri dan harga dirinya. Mengikuti waswas sama artinya dengan melanggar fitrah asli manusia yang suci dan baik, sebab waswas berorentasi pada fitrah asal setan yang sesat. Karena itu mengikuti bisikan setan tergolong psikopatologi bagi manusia.
h.       Putus asa atau putus harapan; hilangnya gairah, semangat, sinergi dan motivasi hidup setelah seseorang tidak berhasil menggapai sesuatu. Putus asa dianggap psikopatologi karena ia menafikan potensi hakiki manusiawi, tidak percaya takdir Allah dan putus asa terhadap rahmat dan karunia-Nya.
i.         Rakus (thama’); rakus adalah penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa yang dimiliki meskipun apa yang dimiliki lebih dari cukup. Orang rakus dikatakan berpenyakit karena tak menguasai diri, bahkan kebebasan hidup karena dikendalikan hawa nafsunya.
j.        Ghurur (tertipu); percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan tidak substantif. Ghurur berjangkit pada jiwa manusia antara lain disebabkan oleh keingkaran kepada pertolongan Allah yang Maha Pemurah dan tipu daya kesenangan dunia yang sementara padahal kesenangan yang hakiki hanya milik Allah di akhirat kelak.
k.      Membanggakan diri (ujub) dan sombong (takabbur). Sombong dianggap penyakit sebab pelakunya tak menyadari akan kekurangannya dan memaksa diri memaksa harga diri yang tinggi. Hidupnya tak akan tenang karena ia tak akan rela orang lain memiliki kelebihan, sedang ia sendiri tak berusaha meningkatkan kualitas dirinya.
l.         Iri hati dan dengki; termasuk penyakit mental yang berat sebab pelakunya senantiasa menanggung beban psikologis yang kompleks seperti kebencian, amarah, buruk sangka, pelit dan menghinakan orang lain serta sempit dalam berpikir dan bertindak sehingga ia sulit mengaktualisasikan potensi positifnya dan akan terisolir dari lingkungannya.
m.     Menceritakan keburukan orang lain (ghibah) dan mengadu domba (namimah);  ghibah dianggap sebagai penyakit sebab penderitanya tidak sanggup mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Ia sibuk menyebut keburukan orang lain, padahal dirinya memiliki keburukan yang tak jauh beda dengannya, bahkan mungkin lebih buruk lagi.
n.       Cinta dunia, pelit dan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta. Cinta dunia maksudnya menjadikan dunia dan isinya sebagai tujuan akhir hidup dan bukan sebagai sarana hidup. Cinta semacam itu tergolong psikopatologi sebab penderitanya tidak sadar akan tujuan hidup yang hakiki. Ciri-ciri penyakit ini adalah penderitanya memiliki sikap dan perilaku materialisme, hedonisme dan egoisme.
o.      Memiliki keinginan yang tak mungkin terjadi (tamanni); dianggap psikopatologi sebab penderitanya tenggelam dalam dunia khayalan yang tidak realistik. Ia berkeinginan besar memiliki sesuatu namun tidak dibarengi dengan aktifitas nyata sehingga hidupnya tidak kreatif & produktif. Akibat dari gejala tamanni ini maka penderitanya tak segan-segan mengambil jalan pintas, seperti: memperdalam angan-angannya dengan mengkonsumsi zat adiktif, mencuri, merampok dan korupsi.
p.      Picik dan penakut (al-jubn). Picik atau penakut adalah sikap atau perilaku yang tidak berani menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Ciri-ciri penderitanya ialah, apabila ia dihadapkan pada suatu masalah, maka ia berpikir dampak negatifnya terlebih dahulu, tanpa sedikitpun mempertimbangkan tingkat kemaslahatannya. Karenanya ia tidak berani bertindak yang seharusnya ia lakukan. Kepicikan seseorang biasanya disebabkan oleh keimanan yang lemah, seperti sikap orang-orang munafik yang tak berani berperang di jalan Allah karena takut mati, tidak mengeluarkan zakat karena takut miskin dan sebagainya.

Obat Hati
Para ahli psikologi mencoba memberikan semacam tips untuk obat hati, antara lain:
1.      Cintai dan hargai semua hal, semua orang dan diri sendiri.
2.      Yakin bahwa kita memiliki kemampuan.
3.      Selalu bersyukur akan semua karunia yang kita terima.
4.      Selalu gembira ( jiwa yang sehat menciptakan tubuh yang sehat).
5.      Memahami bahwa di dunia ini tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Meski demikian, tips-tips yang bersifat logis semacam itu tidak banyak membantu menyelesaikan masalah. Malah justru banyak menimbulkan masalah. Sementara dalam literature Islam, begitu banyak dikenal tips-tips  yang lebih menjajanjikan, antara lain yang selama ini kita kenal dengan istilah “tombo ati”, yaitu:
Pertama, memehami risalah Tuhan dengan benar dan mengingat maknanya.
Kedua, berteman dengan orang baik.
Ketiga, tirakat, puasa.
Keempat, ingat Tuhan: (yaitu) orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. “ ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d:28).
Kelima,  menjalankan perintah Tuhan dengan sungguh-sungguh.




















KESIMPULAN



















DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, 2002, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Syukur, Muhammad Amin dan Fathimah Usman, 2009, Terapi Hati, Pustaka Nuun: Semarang.



[1] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, 2002, Raja Grafindo Persada: Jakarta.
[2]] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islami, hal. 180-205.

0 komentar

Posting Komentar