Kamis, 01 Maret 2018

Sejarah Mbah Kyai Ponco

Nama               : Muhammad Noor Firdaus
NIM                  :1410210013
Narasumber     : Nawawi putra ibu Nafi’ah
Waktu             : 18 November 2015 Ba’da Isya’
Tempat            : teras Masjid Al-Muttaqin, dekat Makam Mbah Ponco

Sejarah Mbah Kyai Ponco

            Sejarah tak mungkin berulang, begitupula sejarah Mbah Ponco, cerita berasal dari dukuh Jetak Kembang, desa sunggingan. Nama asli mbah ponco adalah Ponco. Tidak ada yang tahu pasti tentang tanggal lahir dan tanggal wafat beliau. Beliau dimakamkan di jetak kembang dekat dengan masjid al-Muttaqin. Peninggalan beliau berupa makam mbah Kyai Ponco, dan dua pohon beringin yang ada di kanan dan kiri makam. Tetapi pohon beringin tersebut sudah tidak ada, pohonnya seperti pohon beringin yang ada di dekat menara kudus. Pohon beringin  pertama roboh karena terhempas angin. Pohon kedua ditebang pada tahun 2011 karena kesepakatan warga karena akan dibangun (gerbang Mungkin). Adapun pemugaran (pembangunan) makam dilakukan dua kali yaitu pada tahun 1884 dan pada 26 april 2007 M.
            Ada dua versi tentang kependudukan asli Mbah Kyai Ponco, yaitu beliau berasal dari Mataram dan Demak. Adapun peranan beliau di jetak kembang, diantaranya menebarkan agama islam atau bersyiar. Beliau berdakwah dengan mengadopsi cara walisongo, mulang ngaji (mengajar ngaji), memerangi (menyadarkan dan membimbing yang dulunya tidak dijalur islam, dan bagaimana beliau agar mereka menganut islam.
            Nama dukuh Jetak Kembang juga ada sejarahnya, bermula ketika istri Kyai Ponco menanam bunga di tempat ia tinggal ia suka bercocok tanam misalnya tanaman bunga cempaka, melati, kenanga, tanjung, dan masih banyak lainya. Hal itu membuat warga sekitar juga turut menanam bunga dan menjualnya jika telah panen, itulah mengapa daerah ini juga dijuluki “Kembang”. Lalu banyak orang yang datang ke Jetak Kembang. Kata-kata “datang”dalam bahasa arab adalah “Jaa’a”, datang kepadamu “Jaa’tka” yang menjadi kata Jetak. Maka jadilah kata “Jetak Kembang”.
            Setiap tanggal 17 Muharram atau seminggu setelah pelaksanaan buka luwur sunan kudus. Tujuan dari buka luwur ini adalah mengganti mori lama dengan yang baru. Prosesi buka luwur sebatas diawali dengan khataman qur’an, penggantian luwur, pengajian (setelah satu hari), pembagian nasi yang di bungkus daun jati dan berisi nasi dan daging kambing.
Pembuatan nasi di kompleks makam, membutuhkan beras 5 kwintal (tahun 2014), 8 ekor kambing, dan daun jati sebanyak 1800 lembar, dan dibagikan kepada warga, dan 200 bungkus untuk dermawati (orang-orang yang menyumbang uang/bahan pembuatan nasi untuk buka luwur.
            Hikmah adanya buka luwur diantaranya: ngalap berkah (mencari berkah), penggantian kain luwur, cikal bakal pepunden yang ada di jetak kembang, sebuah penghormatan, edukasi pembelajaran khususnya pada anak-anak bahwa Mbah Ponco adalah tokoh yang menjadi pepunden. Banyak orang-orang yang datang ke makam mbah Kyai Ponco ketika ada acara pindah rumah

Makam Mbah Kyai Ponco

2 komentar:

  1. Ini diatas kontak buat apa mhn info

    BalasHapus
  2. Aku nggk tau itu beneran dia atau enggak, saya mencari kakek buyut saya, nama nya sama Ponco, tapi nama belakang nya ada Diwiryo nya. So terimakasih sudah memberi tahu latar belakang beliau

    BalasHapus