OBJEK
PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
: Tafsir
Dosen Pembimbing: Ibu Isti’anah
Disusun
Oleh:
1.
Muchammad Sholichus Shobah (1410210003)
2.
Muhammad Luthfi Maulana (1410210008)
3.
Muhammad Noor Firdaus (1410210013)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH/PBA
TAHUN 2014 / 2015
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan
seorang pendidik (orang tua, guru, kyai, tokoh, cerdik-pandai) berposisi
sebagai subyek. Sementara anak didik tidak dapat dianggap sebagai byek,
meskipun terhadap mereka inilah proses pendidikan ditujukan. Sementara
lingkungan merupakan kesatuan yang berpautan secara utuh dan erat antara subyek
dan obyek pendidikan.[1]
Allah
SWT telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang
jelas ini, agar dia memberikan peringatkan kepada keluarga dan sanak kerabat
dulu kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang
berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya, akan lebih
bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap
tawadhu kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap baik keapad mereka, dan
ikut menggung kesusahan yang mereka mau menerima nasehat. Dalam makalah ini
akan sedikit membahas terkait dengan obyek Pendidikan berdasarkan Al Qur’an.
Yang terkandung dalam QS At Tahrim Ayat 6, QS. Asy Syu’araa Ayat 214, QS. At
Taubah: 122 dan QS. An Nisaa’: 170.
B. Rumusan masalah
1. Siapakah
obyek pendidikan berdasarkan QS At Tahrim Ayat 6?
2. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan Asy Syu’araa Ayat 214?
3. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan QS. At Taubah: 122?
4. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan QS. An Nisaa’: 170?
2. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan Asy Syu’araa Ayat 214?
3. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan QS. At Taubah: 122?
4. Siapakah obyek pendidikan berdasarkan QS. An Nisaa’: 170?
C. Pembahasan
1.
Obyek
Pendidikan Berdasarkan Qs At Tahrim Ayat 6.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦)
Artinya:
Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Manusia
sebagai makhluk sosial, tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi
kebutuhannya. Dalam kehidupan, ia selalu terkait dengan yang lain, baik
lingkungan maupun keluarga. Dalam hal ini, keberlangsungan pendidikan
setidaknya terkait dengan tiga unsur, salah satunya adalah keluarga.
Ayat
ini memberikan gambaran bawa dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga
yang paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas.
Ayat ini awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian
diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam
membicarakan siksaaan, Al-Qur’an menyebutkan bahan bakar neraka, bukan model
dan jenis siksaannya. Sementara bahan bakar siksaan didalam ayat ini
digambarkan berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan dalam
menanamkan nilai-nilai pada diri manusia berawal pada kegagalan dalam mendidik
masa kecilnya, dalam lembaga yang terkecil yaitu keluarga. Kegagalan pendidikan
dalam usia dini, akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh dirinya
sendiri yang tidak terarahkan pada usia dininya.
Mengenai firman Allah subhanahu
wa ta’ala, قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا “Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api Neraka”, Mujahid (Sufyan As-Sauri mengatakan, “Apabila
datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu”)
mengatakan : “Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian
untuk bertaqwa kepada Allah”. Sedangkan Qatadah mengemukakan : “Yakni,
hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka
durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah kepada
mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam
menjalankannya. Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah,
peringatkan dan cegahlah mereka.”
Demikian itu pula yang dikemukakan
oleh Adh Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka mengatakan : “Setiap
muslim berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya,
berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala kepada
mereka dan apa yang dilarang-Nya.
Menurut Tafsir dari Departemen Agama
Pemerintah Indonesia, dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang
yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya
mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari
manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan
mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah
untuk menyelamatkan mereka dari api neraka.
2.
Obyek Pendidikan Berdasarkan
Asy Syu’ara Ayat 214.
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ (٢١٤)
Artinya: “Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S Asy Syu'ara':
214).
Sesuai dengan ayat sebelumnya (QS.
At Tahrim: 6) bahwa terdapat perintah langsung dengan fi’il amar (berilah
peringatan). Namun perbedaannya adalah tentang objeknya, dimana dalam ayat ini
adalah kerabat-kerabat.
”Al Aqrobyn” mereka adalah Bani
Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada mereka
secara terang-terangan; Demikianlah menurut keterangan hadis yang telah
dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun hal ini bukan berarti khusus
untuk Nabi SAW saja kepada Bani Hasyim dan Muthollib, tetapi juga untuk seluruh
umat Islam. Sebab sesuai kaidah ushul fiqh: ”...dengan umumnya lafadz, bukan
dengan khususnya sebab”.
Dilihat dari munasabah ayat,
selanjutnya terdapat ayat ke-215: ”Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (QS. Asy-Syu’araa: 215).
Jadi perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam.
Asbab nuzul ayat ini, Ketika ayat
ini turun Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Bani Abdul Muthalib, demi Allah aku
tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa Arab dari apa
yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Allah
telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka, siapakah di antara kamu yang
bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi saudaraku dan washiku serta
khalifahku?” Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi Thalib. Di antara
hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri seraya berkata: “Aku ya,
Rasulullah Nabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam urusan ini”. Lalu
Rasulullah SAW memegang bahu Ali seraya bersabda: “Sesungguhnya Ali ini adalah
saudaraku dan washiku serta khalifahku terhadap kalian. Oleh karena itu,
dengarkanlah dan taatilah ia.” Mereka tertawa terbahak-bahak sambil berkata
kepada Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan mentaati anakmu”
Umat Islam adalah saudara bagi yang
lain, maka harus saling mendidik dan menasehati. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “
Dari Jarir Ibn Abdillah ra. Berkata: Saya bersumpah setia kepada Rosululloh SAW
untuk mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menasehati kepada setiap
muslim”. (HR. Bukhory-Muslim). Maka kerabat-kerabat kita terdekat merupakan juga
objek dakwah dan tarbiyah.
3.
Obyek Pendidikan Berdasarkan
Qs. At Taubah Ayat 122.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً
فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي
الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ (١٢٢)
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang
yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (QS. At Taubah: 122)
Dalam ayat ini juga terdapat dua lafadz fi’il
amar yang disertai dengan lam amar, yakni (supaya mereka memperdalam ilmu
agama) dan lafadz (supaya mereka memberi peringatan), yang berarti kewajiban
untuk belajar dan mengajar.
Adapun proses belajar dan mengajar sangat
dianjurkan oleh Nabi SAW. Sabda beliau yang artinya: ”Dan darinya (Abu Hurairah ra.
Sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda: barangsiapa yang mengajak kepada
petunjuk, maka baginya pahala orang yang mengikutinya tidak dikurangi
sedikitpun dari padanya. (HR. Muslim).
Asbab nuzulnya adalah Tatkala kaum Mukminin
dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang kemudian Nabi SAW mengirimkan
sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke medan perang semua tanpa ada seorang
pun yang tinggal, maka turunlah firman-Nya berikut ini: (Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi) ke medan perang (semuanya. Mengapa tidak)
(pergi dari tiap-tiap golongan) suatu kabilah (di antara mereka beberapa orang)
beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap tinggal di tempat (untuk
memperdalam pengetahuan mereka).
Yakni tetap tinggal di tempat
(mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan kepada
mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya (supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya) dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu
Abbas r.a. memberikan penakwilannya bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus
untuk sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu dalam bentuk sariyah lantaran
Nabi saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang seseorang
tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan perang, maka hal
ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi saw. berangkat ke suatu ghazwah.
Kesimpulan: maka tidak sepatutnya seluruh kaum
muslimin pergi berperang (jihad), namun harus ada juga yang harus belajar dan
mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat pentingbagi kukuhnya Islam. Rosul SAW
bersabda (artinya): ”Di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk menulis
oleh para ulama akan ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan
perang)” (HR. Syaikhani)
4.
Obyek Pendidikan Berdasarkan
Qs. An Nisaa’ Ayat 170.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا
خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (١٧٠)
”Wahai manusia, sesungguhnya telah
datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu,
maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka
kekafiran itu tidak merugikan sedikitpun kepada Allah) karena sesungguhnya apa
yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. An Nisa’: 170)
Dalam ayat ini Allah menyeru kepada manusia
untuk beriman, sebab sudah ada Rosul (Nabi Muhammad SAW) yang diutus untuk
membawa syari’at yang benar.
Lafadz An Naas pada saat turunnya
ayat adalah kepada ahli kafir Mekah. Adapun manusia, karena adanya
kesamaan jenis, ukhuwah basyariyyah, maka dakwah dan tarbiyah kepada non muslim
pun harus tetap dilakukan, tentunya dengan jalan yang baik.
Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Dari
Abdullah Ibn ’Amr Ibn Al Ash ra. Berkata, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: sampaikanlah dariku walau sat
ayat…..” (HR. Bukhory)
D. Penutup
1.
Kesimpulan
Manusia baik yang muslim maupun non
muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan,
bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang,
tetapi dengan jalan yang hikmah, mauidzoh hasanah, dan argumen yang bertanggung
jawab.
Secara terperinci Obyek pendidikan meliputi pada:
1.
QS At Tahrim Ayat 6 yaitu Keluarga
2.
Asy Syu’araa Ayat 214 yaitu
Kerabat terdekat
3.
QS. At Taubah: 122 yaitu
orang beriman
4. QS. An Nisaa’: 170 yaitu seluruh manusia.
0 komentar
Posting Komentar