Nama : Muhammad Noor Firdaus
NIM :1410210013
Narasumber :
Nawawi putra ibu Nafi’ah
Waktu : 18
November 2015 Ba’da Isya’
Tempat : teras Masjid Al-Muttaqin, dekat
Makam Mbah Ponco
Sejarah
Mbah Kyai Ponco
Sejarah
tak mungkin berulang, begitupula sejarah Mbah Ponco, cerita berasal dari dukuh Jetak
Kembang, desa sunggingan. Nama asli mbah ponco adalah Ponco. Tidak ada yang
tahu pasti tentang tanggal lahir dan tanggal wafat beliau. Beliau dimakamkan di
jetak kembang dekat dengan masjid al-Muttaqin. Peninggalan beliau berupa makam
mbah Kyai Ponco, dan dua pohon beringin yang ada di kanan dan kiri makam. Tetapi
pohon beringin tersebut sudah tidak ada, pohonnya seperti pohon beringin yang
ada di dekat menara kudus. Pohon beringin
pertama roboh karena terhempas angin. Pohon kedua ditebang pada tahun 2011
karena kesepakatan warga karena akan dibangun (gerbang Mungkin). Adapun
pemugaran (pembangunan) makam dilakukan dua kali yaitu pada tahun 1884 dan pada
26 april 2007 M.
Ada
dua versi tentang kependudukan asli Mbah Kyai Ponco, yaitu beliau berasal dari
Mataram dan Demak. Adapun peranan beliau di jetak kembang, diantaranya menebarkan
agama islam atau bersyiar. Beliau berdakwah dengan mengadopsi cara walisongo,
mulang ngaji (mengajar ngaji), memerangi (menyadarkan dan membimbing yang
dulunya tidak dijalur islam, dan bagaimana beliau agar mereka menganut islam.
Nama
dukuh Jetak Kembang juga ada sejarahnya, bermula ketika istri Kyai Ponco
menanam bunga di tempat ia tinggal ia suka bercocok tanam misalnya tanaman
bunga cempaka, melati, kenanga, tanjung, dan masih banyak lainya. Hal itu
membuat warga sekitar juga turut menanam bunga dan menjualnya jika telah panen,
itulah mengapa daerah ini juga dijuluki “Kembang”. Lalu banyak orang yang
datang ke Jetak Kembang. Kata-kata “datang”dalam bahasa arab adalah “Jaa’a”,
datang kepadamu “Jaa’tka” yang menjadi kata Jetak. Maka jadilah kata “Jetak
Kembang”.
Setiap
tanggal 17 Muharram atau seminggu setelah pelaksanaan buka luwur sunan kudus.
Tujuan dari buka luwur ini adalah mengganti mori lama dengan yang baru. Prosesi
buka luwur sebatas diawali dengan khataman qur’an, penggantian luwur, pengajian
(setelah satu hari), pembagian nasi yang di bungkus daun jati dan berisi nasi
dan daging kambing.
Pembuatan nasi di
kompleks makam, membutuhkan beras 5 kwintal (tahun 2014), 8 ekor kambing, dan daun
jati sebanyak 1800 lembar, dan dibagikan kepada warga, dan 200 bungkus untuk
dermawati (orang-orang yang menyumbang uang/bahan pembuatan nasi untuk buka
luwur.
Hikmah adanya buka luwur
diantaranya: ngalap berkah (mencari berkah), penggantian kain luwur, cikal
bakal pepunden yang ada di jetak kembang, sebuah penghormatan, edukasi pembelajaran
khususnya pada anak-anak bahwa Mbah Ponco adalah tokoh yang menjadi pepunden. Banyak
orang-orang yang datang ke makam mbah Kyai Ponco ketika ada acara pindah rumah
Makam Mbah Kyai
Ponco
Ini diatas kontak buat apa mhn info
BalasHapusAku nggk tau itu beneran dia atau enggak, saya mencari kakek buyut saya, nama nya sama Ponco, tapi nama belakang nya ada Diwiryo nya. So terimakasih sudah memberi tahu latar belakang beliau
BalasHapus