PSIKOPATOLOGY
(Penyakit
Hati)
MAKALAH
Di susun Guna Memenuhi Tugas
Di susun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Psikologi Islam
Dosen
Pengampu: Muzdalifah,S.Psi,M.Si
Di
susun oleh:
1)
Muhammad
Noor Firdaus (1410210013)
2)
Anni
Khirza Millati (1410210020)
3)
Iva
Fauziyah (1410210021)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN BAHASA
ARAB
2015
A.
Latar Belakang
Akibat dominasi pola kehidupan modern yang materialistik dan
egoistik, mengakibatkan psikologis umat manusia semakin tidak menentu. Tatanan
dan tradisi yang telah mengakar dan teruji validitasnya selama berabad-abad
berubah begitu saja, meskipun apa yang didapat belum tentu menjawab berbagai
problem kesehariannya. Karenanya tidak mengherankan apabila akhir-akhir
ini ditemukan berbagai perilaku yang aneh-aneh
dan nyeleneh yang dianggap
sebagai gejala patologis sebagai kehidupan modern.
Psikopatologi (Penyakit Hati)
A.
Pengertian
dan Asumsi Psikopatologi Islam
Psikopatologi
adalah cabang ilmu pengobatan yang berkaitan dengan sebab-sebab penyakit dan
prosesnya serta pengaruhnya terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Menurut
Chaplin, patologi (pathology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau
gangguan. Atau, satu kondisi penyakit atau gangguan. Sedang psikopatologi (psychopatology)
adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau
gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya.
Ibnu
Qayyim al-Jauziyah dalam ighasah al lahfan membagi qolbu (sebagai inti
dari struktur psikis manusia) dalam tiga bagian: pertama, qolbu shahih (jiwa yang
sehat), yaitu qolbu yang hidup (hayy), bersih dan selamat. Maksud qolbu
yang sehat adalah qolbu yang selamat dari belenggu hawa nafsu, sehingga ia
mampu melaksanakan ibadah dan melakukan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Aktivitas qolbu ini hanya
diorientasikan kepada Allah, baik dalam takut, berharap, cinta, berserah diri,
ikhlas, dan bertaubat. Qolbu model ini dapat dipahami dalam QS. Al-Syu’ara ayat
89 “kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qolb
Salim)”.
Kedua, qolbu mayt ( jiwa yang mati), yaitu qolbu yang
tidak lagi mengenal Tuhan-nya, meniggalkan ibadah, perbuatan hanya untuk
menuruti syahwat sehingga mengakibatkan kebencian dan murka Tuhan. Qolbu model
ini menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpinnya, syahwat sebagai panglimanya,
kebodohan sebagai sopirnya, lupa sebagai kendaraanya. Jika ia berpikir akan menghasilkan
sesuatu yang bermotivasi duniawi.
Ketiga,
qolbu marid (jiwa yang sakit), yaitu qolbu yang hidup tetapi
memiliki penyakit kejiwaan, seperti iri hati, sombong atau angkuh, membanggakan
diri, gila kekuasaan, dan mudah membuat kerusakan di muka bumi. Model yang
ketiga ini dapat dipahami dalam QS.al-Baqarah ayat 10 dan al-Hajj ayat 53:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
“Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;” (QS. Al-Baqarah:10).
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan
itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
yang kasar hatinya” (QS.Al-Hajj:53).
Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa salah satu
model psikopatologi dalam Islam adalah semua perilaku batiniah yang tercela,
yang tumbuh akibat menyimpang (inkhiraf) terhadap kode etik pergaulan,
baik secara vertical (ilahiyah) maupun horizontal (insaniyah). Penyimpangan
perilaku batiniah tersebut mengakibatkan penyakit dalam jiwa seseorang, yang
apabila mencapai puncaknya mengakibatkan kematian. Penderita penyakit batiniah
ini secara fisik boleh jadi berpenampilan gagah, tegap, dan kuat, namun
batinnya rapuh, menderita, resah, gelisah, gersang, dan tidak mampu menikmati
kejayaan fisiknya. [1]
Karena bahan dasarnya demikian, maka hati nurani rentan terhadap
penyakit. Di antaranya hasud (iri/ dengki), yakni ingin menyaingi orang lain
dan ingin mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Tidak suka melihat orang lain
maju, atau berhasil. Suka mengadu domba (nammam). Sombong (takabbur)
merendahkan orang lain, merasa paling hebat. Bangga pada diri sendiri (‘ujub)
dan sebagainya.
Sedangkan penyakit hati yang bersifat jasmani ialah berupa
hepatitis, infeksi/ racun, kelainan genetik, gangguan imun, kanker, dan
sebagainya.
Upaya penyakit fisik ini, tentu saja obatnya ada pada medis. Tetapi
untuk penyakit psikis, sudah barang tentu akan kembali kepada sesuatu yang
bersifat psikis pula. Akan tetapi bukan berarti sesuatu yang bersifat psikis
tidak mampu mengobati penyakit fisik,
para ahli mengatakan, bahwa, “kondisi psikis akan mempengaruhi saraf dan saraf
akan mempengaruhi kelenjar, kelenjar akan mengeluarkan cairan (hormon) dalam
tubuh, cairan ini akan mempengaruhi kekebalan tubuh”. Dalam dunia medis dikenal
dengan psiko Neuro Endokrin
Immunologi (PNI).
Maka berdasarkan hal tersebut, Mujib membagi psikopatologi
(gangguan mental) yang disebabkan oleh faktor-faktor spiritual dan agama
menjadi enambelas bentuk, yaitu sebagai berikut:[2]
a. Syirik; secara
psikopatologis adalah kepercayaan, sikap dan perilaku mendua terhadap masalah
yang fundamental dalam kehidupan manusia. Gejalanya penderita meyakini Allah
sebagai tuhannya tapi amal perbuatannya diorientasikan bukan untuk-Nya
melainkan untuk sesuatu yang sifatnya temporer dan nisbi seperti kepada roh
halus. Penyakit syirik yang menyerang orang mukmin tergolong psikopatologi
sebab pelakunya tidak mampu mengintegrasikan kepribadiannya dengan baik.
Seseorang yang menghambakan diri pada sesuatu selain Allah berarti ia menerima
perbudakan, membelenggu diri dan mengekang kebebasannya. Perilaku syirik ada
yang teraktual dalam bentuk ucapan, pikiran dan perbuatan. Hampir semua bentuk
psikopatologis dalam perspektif Islam bermuara pada syirik karena ia menjadi
sumber penganiayaan (zhulm) diri yang berat (QS. Lukman: 13), sumber
rasa takut (QS. Ali Imran: 151), sumber dari segala kesesatan dan dosa yang tak
terampuni, padahal dosa merupakan sumber konflik batin (QS. An-Nisa’: 48, 116)
tidak memilki peenolong dalam menyelesaikan sesuatu (QS. Al-Maidah: 72),
seburuk-buruk makhluk (QS. Al-Bayyinah: 6), dimurkai dan dikutuk Tuhan (QS. Al-
Fath: 6) semua aktifitas baiknya tidak dianggap (QS. Az-Zumar: 65).
b. Kufur; mengingkari terhadap
sesuatu yang sebenarnya. Apabila menjangkiti orang mukmin, seperti kufur
nikmat, maka tergolong psikopatologi sebab pelakunya tidak tahu diri, tidak
sadar diri, dan tidak tahu berterimakasih.
c. Bermuka dua (nifaq).
Nifaq adalah menampakkan sesuatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal
di dalam hatinya tersembunyi keburukan, kebusukan dan kebobrokan. Apa yang
ditampakkan tidak sama dengan qalbunya. Nifaq merupakan karakter orang munafik
yang tergolong psikopatologi. Penderitanya tidak mampu menghadapi kenyataan
yang sebenarnya, sehingga dia berdusta jika berbicara, ingkar jika berjanji dan
khianat bila dipercaya.
d. Riya’; yaitu melakukan
suatu perbuatan karena pamrih, pamer atau cari muka
pada orang lain. Seseorang yang melakukan riya’ berarti tidak mampu
merealisasikan dirinya dengan baik. Riya’ termasuk psikopatologis karena
pelakunya berbuat sesuatu hanya untuk mencari muka tanpa memperhitungkan
produktifitas dan kualitas amaliahnya. Secara spiritual juga disebut penyakit
sebab pelakunya telah menyalahi perjanjian ketuhanan di alam arwah, untuk
beribadah kepada-Nya.
e. Marah; gadab (marah)
menunjukkan tingkat kelabilan kejiwaan seseorang karena ia tidak mampu
mengendalikan amarahnya. Yang dimaksud di sini adalah ketika kemarahan berkobar
tak terkendali maka kesadaran nurani terhalangi yang kemudian mendatangkan
sakit hati yang berat.
f. Lupa (gaflah
atau nisyan); yang dimaksud di sini adalah kelupaan yang disengaja
terhadap suatu keyakinan, nilai-nilai hidup yang mendasar dan pandangan
hidupnya yang mengakibatkan segala tindakannya menjadi tidak teratur, merugikan
dan dapat menjerumuskan ke dalam kehancuran. Seperti: lupa mengingat Allah
karena dirinya dikuasai setan, melupakan ayat-ayat Allah setelah dirinya
beriman dan lupa karena mengikuti hawa nafsu.
g. Waswas (mengikuti bisikan
setan) waswas merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk
berbuat maksiat dan dosa yang dapat merusak citra diri dan harga dirinya.
Mengikuti waswas sama artinya dengan melanggar fitrah asli manusia yang suci
dan baik, sebab waswas berorentasi pada fitrah asal setan yang sesat. Karena
itu mengikuti bisikan setan tergolong psikopatologi bagi manusia.
h. Putus asa atau putus
harapan; hilangnya gairah, semangat, sinergi dan motivasi hidup setelah
seseorang tidak berhasil menggapai sesuatu. Putus asa dianggap psikopatologi
karena ia menafikan potensi hakiki manusiawi, tidak percaya takdir Allah dan
putus asa terhadap rahmat dan karunia-Nya.
i. Rakus (thama’);
rakus adalah penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa yang dimiliki
meskipun apa yang dimiliki lebih dari cukup. Orang rakus dikatakan berpenyakit
karena tak menguasai diri, bahkan kebebasan hidup karena dikendalikan hawa
nafsunya.
j. Ghurur
(tertipu); percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan tidak
substantif. Ghurur berjangkit pada jiwa manusia antara lain disebabkan
oleh keingkaran kepada pertolongan Allah yang Maha Pemurah dan tipu daya
kesenangan dunia yang sementara padahal kesenangan yang hakiki hanya milik
Allah di akhirat kelak.
k. Membanggakan diri (ujub)
dan sombong (takabbur). Sombong dianggap penyakit sebab pelakunya tak
menyadari akan kekurangannya dan memaksa diri memaksa harga diri yang tinggi.
Hidupnya tak akan tenang karena ia tak akan rela orang lain memiliki kelebihan,
sedang ia sendiri tak berusaha meningkatkan kualitas dirinya.
l. Iri hati dan
dengki; termasuk penyakit mental yang berat sebab pelakunya senantiasa
menanggung beban psikologis yang kompleks seperti kebencian, amarah, buruk
sangka, pelit dan menghinakan orang lain serta sempit dalam berpikir dan
bertindak sehingga ia sulit mengaktualisasikan potensi positifnya dan akan
terisolir dari lingkungannya.
m. Menceritakan keburukan orang lain (ghibah)
dan mengadu domba (namimah); ghibah
dianggap sebagai penyakit sebab penderitanya tidak sanggup mengadakan
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Ia sibuk menyebut keburukan orang
lain, padahal dirinya memiliki keburukan yang tak jauh beda dengannya, bahkan
mungkin lebih buruk lagi.
n. Cinta dunia, pelit dan
berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta. Cinta dunia maksudnya
menjadikan dunia dan isinya sebagai tujuan akhir hidup dan bukan sebagai sarana
hidup. Cinta semacam itu tergolong psikopatologi sebab penderitanya tidak sadar
akan tujuan hidup yang hakiki. Ciri-ciri penyakit ini adalah penderitanya
memiliki sikap dan perilaku materialisme, hedonisme dan egoisme.
o. Memiliki keinginan yang tak
mungkin terjadi (tamanni); dianggap psikopatologi sebab penderitanya
tenggelam dalam dunia khayalan yang tidak realistik. Ia berkeinginan besar
memiliki sesuatu namun tidak dibarengi dengan aktifitas nyata sehingga hidupnya
tidak kreatif & produktif. Akibat dari gejala tamanni ini maka
penderitanya tak segan-segan mengambil jalan pintas, seperti: memperdalam
angan-angannya dengan mengkonsumsi zat adiktif, mencuri, merampok dan korupsi.
p. Picik dan penakut (al-jubn).
Picik atau penakut adalah sikap atau perilaku yang tidak berani menghadapi
kenyataan yang sesungguhnya. Ciri-ciri penderitanya ialah, apabila ia
dihadapkan pada suatu masalah, maka ia berpikir dampak negatifnya terlebih
dahulu, tanpa sedikitpun mempertimbangkan tingkat kemaslahatannya. Karenanya ia
tidak berani bertindak yang seharusnya ia lakukan. Kepicikan seseorang biasanya
disebabkan oleh keimanan yang lemah, seperti sikap orang-orang munafik yang tak
berani berperang di jalan Allah karena takut mati, tidak mengeluarkan zakat
karena takut miskin dan sebagainya.
Obat Hati
Para ahli psikologi mencoba memberikan semacam tips untuk obat
hati, antara lain:
1.
Cintai
dan hargai semua hal, semua orang dan diri sendiri.
2.
Yakin
bahwa kita memiliki kemampuan.
3.
Selalu
bersyukur akan semua karunia yang kita terima.
4.
Selalu
gembira ( jiwa yang sehat menciptakan tubuh yang sehat).
5.
Memahami
bahwa di dunia ini tidak ada penyakit yang tidak
dapat disembuhkan.
Meski
demikian, tips-tips yang bersifat logis semacam itu tidak banyak membantu
menyelesaikan masalah. Malah justru banyak menimbulkan masalah. Sementara dalam
literature Islam, begitu banyak dikenal tips-tips yang lebih menjajanjikan, antara lain yang
selama ini kita kenal dengan istilah “tombo ati”, yaitu:
Pertama,
memehami risalah Tuhan dengan benar dan mengingat maknanya.
Kedua,
berteman dengan orang baik.
Ketiga,
tirakat, puasa.
Keempat,
ingat Tuhan: (yaitu) orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. “
ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS.
Ar-Ra’d:28).
Kelima,
menjalankan perintah Tuhan
dengan sungguh-sungguh.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul
dan Jusuf Mudzakir, 2002, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
Syukur,
Muhammad Amin dan Fathimah Usman, 2009, Terapi Hati, Pustaka Nuun:
Semarang.
0 komentar
Posting Komentar