OBSERVASI
PELAKSANAAN TRADISI
BUKA LUWUR SUNAN KUDUS
LAPORAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah IAD, IBD, ISD Semester Ganjil Tahun 2014
Dosen Pembimbing: EFA IDA AMALIYAH
Disusun Oleh:
1.
Muhammad
Syarofiddin Akmal 1410210001
2.
Alaudin Shofi 1410210006
3.
Lu'lu'il Maknun 1410210010
4.
Muhammad Noor
Firdaus 1410210013
5.
Siti Amanah 1410210017
6.
Nunung Afnikha 1410210023
7.
Fatkhiyakan 1410210026
8.
Yanti
Ismayasari 1410210027
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH/PBA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Pertama, kami sebagai penulis memanjatkan puji
dan syukur kepada Yang
Maha Kuasa. Karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan Observasi ini sesuai
waktu yang telah di tentukan.
Kami juga sangat
berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas, khususnya bagi Ibu Eva sebagai dosen pembimbing, segenap jajaran pengurus
yayasan Masjid Menara Makan Sunan Kudus (YM3SK), Muhammad Abdul Mun’im, Muhammad
Badar, Bapak Denny, Bapak Yuha, teman-teman kelas A-PBA. Karena atas kerja sama
yang baik kami bisa mengerjakan laporan ini.
Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Alamiyah Dasar, Ilmu
Budaya Dasar (ISD, IAD, IBD). Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 1, 2 dan
7 September 2014. Observasi ini telah
kami dilakukan di komplek menara, makam Sunan
Kudus, Yayasan Masjid Menara Makan Sunan Kudus (YM3SK) Jl. Sunan Kudus,
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu kami penulis menyadari
laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang menbangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca.
Kudus, 12 November 2014
Penulis
A.
Latar Belakang
Upacara adat jawa dilakukan demi mencapai
ketentraman hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional itu, orang
jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa duksina. Kehidupan
ruhani orang jawa memang bersumber dari
ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi
kehidupan keberagamaan orang jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur
yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya.[1]
Kudus merupakan kota yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah, kota ini termasuk kota yang masih kuat memegang kebudayaannya
yang telah dilaksanakan sejak dahulu, seperti halnya buka luwur Sunan Kudus,
merupakan sebuah implementasi dari sikap masyarakat dalam menghormati serta
mengenang atas semua jasa Sunan Kudus yang telah menyebarkan agama Islam juga
disisi lain dalam bentuk melestarikan budaya yang telah ada beratus-ratus tahun
yang telah dilakukan sepeninggalan Sunan Kudus.
Oleh karena itu kiranya menjadi pembahasan
yang sangat menarik untuk mengetahui bagaimana sistematika acara tersebut. Namun
dalam hal ini kami tidak akan membahas semua yang terkait dengan acara Buka
Luwur Sunan Kudus, tetapi kami akan menjelaskan tentang setting acara tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa Sejarah
Buka Luwur Sunan Kudus ?
2. Apa saja kegiatan buka luwur?
C. Pembahasan
1.
Sejarah Buka Luwur Sunan Kudus
Adapun Sunan Kudus Sendiri adalah putra sunan Ngudung yang dalam
tradisi cirebonan disebut Sunan Undung. Undung muda adalah putera saudara
sultan mesir, dia adalah adik dari Rara Dampul. Dikisahan bahwa Undung dan Rara
Dampul suatu hari melihat bianglala yang sangat indah. Keduanya tertarik
darimana sinar indah. Keduanya tertarik darimana sinar indah itu berasal.
Mereka menyusuri bianglala yang akhirnya sampailah dipusat bumi yang kemudian
disebut Cirebon, Negara tempat Syarif Hidayatullah tinggal. Keduanya kemudian
menemui Syarif Hidayatullah dan ternyata keduanya masih sepupu dengannya.
Mereka melaporkan bahwa sinar negeri Cirebon terlihat sampai di Mesir dan
mereka berdua kemudian sampai tiba di situ. Rara Dampul menyampaikan niatnya
untuk tinggal di Cirebon sampai akhir hayatnya dan berniat menghabiskan masa
hidupnya untuk berbuat kebajikan bersama Syarif Hidayatullah.[2]
Pemuda Undung disarankan pergi berguru
kepada Sunan Ampel, dan kemudian ia menjadi murid yang disayanginya. Sunan
Ampel kemudian mengawinkan Undung dengan seorang cucunya yang bernama Syarifah,
anak Sunan Ampel yang bernama Ny. Ageng Maloka, adik Sunan Bonang dan Sunan
Drajat. Dari perkawinan ini lahir seorang putra Raden Fatihan atau Ja’far Shadiq,
atau lebih dikenal dengan Sunan Kudus setelah meninggal.[3]
Semenjak ratusan tahun tradisi[4]
buka luwur sudah diadakan. Tidak diketahui siapa yang mencetuskan tradisi buka
luwur itu. Penggantian luwur / kelambu makam sunan kudus bertujuan untuk
mengukuri kain yang baru supaya bisa sama dengan ukuran luwur sebelumnya. Para
ulama kudus sepakat bahwa tanggal 10 Muharrom sebagai Khaul. Namun ada sebagian
masyarakat yang menganggap bahwa upacara tradisional Buka Luwur sebenarnya
bukanlah Khaul atau peringatan wafatnya sunan Kudus, sebab kapan tanggal
wafatnya sunan Kudus tidak atau belum diketahui.
2.
Kegiatan Buka Luwur
Diantara Rangkaian Acara Buka Luwur yang
termasuk sakral antara lain :
No
|
Acara
|
Keterangan
|
1
|
Penjamasan Pusaka
|
Acara dilaksanakan pada hari Kamis legi,
Pukul 07.00 WIB 14 DzulHijjah 1435 H / 09 Oktober 2014. Prosesi ini dilakukan
setelah hari tasyrik[5]
dan dipilih hari senin atau hari kamis minggu pertama setelah hari tasyrik.
Acara ini merupakan salah satu acara sakral dan yang hadir masyarakat umum yang cukup antusias, mulai
dari masyarakat kudus sampai masyarakat sekitar kudus, dan pada acara ini banyak
dari masyarakat yang sengaja membawa benda pusakanya untuk dicuci atau
dijamas menggunakan air bekas jamasan pusaka sunan kudus.
Penjamasan tersebut dilakukan di tajuk,[6]
jadi masyarakat sekitar bisa melihatnya secara langsung. Menurut penuturan
Muhammad Badar (55), salah satu
masyarakat Kudus.
|
2
|
Pelepasan Luwur Pesarean
|
Luwur[7] pesarean sunan kudus
diganti pada hari sabtu pahing, pukul
06.00 WIB atau 01 muharram 1436 H/ 26 oktober 2014 M. Menurut penuturan
panitian YM3SK, Denny (40)[8] Luwur sunan kudus akan di lepas oleh orang
– orang dan tamu undangan yang
tertentu, mulai dari ulama, tokoh masyarakat dan para pejabat pemerintah.
Jadi, acara ini merupakan acara tertutup yang tidak bisa langsung disaksikan
oleh masyarakat umum, dan pelepasan luwur sendiri membutuhkan waktu kurang
lebih 1 jam.
|
3
|
Munadharah Masa’il Diniyyah
|
Pada dasarnya munadharah masa’il diniyyah[9]
merupakan acara rutinan yang diadakan di masjid sunan kudus atau masjid Al
Aqsa, dalam rangkaian buka luwur ini Munadharah Masa’il Diniyyah dilakukan
pada hari ahad pon, pukul 08.30 WIB atau 01 muharam 1436 H/26 Oktober 2014 H
seperti biasanya acara ini dilakukan di dalam masjid dan dihadhiri oleh
masyarakat umum, menurut salah satu jama’ah “acara ini terbilang cukup ramai
bahkan acara ini dihadiri oleh masyarakat luar daerah kudus seperti jepara,
demak dan lain sebagainya”.
Dalam acara ini membahas berbagai masalah masyarakat, yang
nantinya permasalahan tersebut diajukan kepada ulama atau kyai sekitar, dan
pada akhirnya akan dibahas dalam majlis Munadharah masa’il diniyyah.
|
4
|
Doa rasul dan Terbang Papat
|
Acara ini dilaksanakan pada malam ahad kliwon, pukul 20.00 WIB atau 09 Muharram 1436 H/ 01 November
2014 M. Acara ini bias juga disebut Slametan[10]
dilaksanakan
di serambi masjid al Aqsha, dan bersifat umum. Dari salah satu warga kudus
yang kami wawancarai menuturkan bahwa
acara tersebut cukup ramai dan dihadiri
oleh masyarakat sekitar kota Kudus. Setelah
acara ini[11] selesai proses masak
memasak dimulai.
|
5
|
Khotmil Qur’an Bil Ghoib
|
Acara Khotmil qur’an bil ghoib[12]
ini dilaksanakan pada hari Ahad Kliwon
pukul 04.30 WIB, 09 Muharrom 1436 H/ 02 November 2014 M di dalam masjid al Aqsha. Acara ini bersifat umum, sehingga masyarakat sangat antusias untuk
mengikutinya.
|
6
|
Santunan Anak Yatim
|
Acara ini[13]
dilaksanakan pada hari Ahad Kliwon
pukul 08.00 WIB, 09 Muharram 1436 H/02 November 2014 M.
|
7
|
Pembagian Bubur As-Syura
|
Acara ini dilaksanakan pada Ahad Kliwon
pukul 08:00 WIB 09 Muharram 1436 H/02
November 2014. Pembagian bubur ini bersifat umum, tetapi hanya sebagian
masyarakat yang menginginkannya, namun tidak seramai seperti halnya pembagian
nasi jangkrik.
|
8
|
Pembacaan Qoshidah Al-Barzanji
|
Acara ini dilaksanakan di Masjid Menara
al-Aqsha pada malam Senin Legi pukul 19.30 WIB 10 Muharram 1436 H/ 02
November 2014 M.
|
9
|
Pengajian Umum
|
Pelaksanaan pengajian ini pada malam Senin Legi pukul 20.00 WIB
10 Muharram 1436 H/02 November 2014 M. Lokasinya terletak di masjid Al-Aqsha,
pembicaranya oleh K.H. Habib Umar al-Muthahar dari Semarang. Pengajian ini bersifat umum yang dihadiri dari berbagai daerah Kudus
dan sekitarnya[14].
Sebagian dari mereka ada yang menyatakan bahwa mengaji itu “Kanggo sangu mati”, untuk bekal
nanti kalau meninggal. Setelah mereka meninggal, mereka bisa hidup bahagia
“Mungah Suargo” atau naik surga.[15]
|
10
|
Pembagian Berkat
|
Berkat[16]
atau nasi bungkus ini dalam penamaanya masih berbeda-beda diantara
masyarakat, ada yang menyebutnya sebagai nasi jangkrik dan ada yang
menyebutnya nasi uyah asem.
Seperti penuturan Muhammad badar (45)
“nasi ini adalah nasi jangkrik yang berisikan nasi dan lauk daging yang
dibungkus dengan daun jati”.
Hal ini sedikit berbeda dengan penuturan
Muhammad Abdul Mun’im[17]
(26) yang tak lain adalah salah satu pengurus YM3SK dia mengatakan bahwa kami
tidak akan menyalahkan apa penyebutan masyarakat terhadap nasi tersebut,
tetapi sepengetahuan kami yang disebut nasi jangkrik adalah nasi yang berkuah
seperti halnya ketika masyarakat mempunyai hajat baik sunatan, nikahan dan
lain sebagainya. Nasi tersebut akan dibawa oleh orang yang mempunyai hajat ke
pendopo tajug untuk didoakan, kemudian nantinya akan dimakan oleh petugas
penjaga, itu yang dinamakan nasi jangkrik[18]
yang merupakan salah satu makanan kesukaan mbah sunan, sedangkan nasi yang
nantinya akan dibagikan pada hari senin untuk berkat ini adalah nasi yang
tidak berkuah dengan lauk daging kerbau atau kambing yang dimasak dengan
bumbu uyah asem yang dibungkus daun jati, dan kami biasa menyebutnya dengan
nama nasi uyah asem.
Dalam pembagian berkat ini masyarakat
rela berdesak-desakan untuk mengantri nasi tersebut. Seperti salah satu
pengunjung dari Jepara, dia rela berdesak-desakan untuk mendapatkan nasi
tersebut dari pagi sampai siang,
Acara ini merupakan salah satu dari acara
puncak yang mana masyarakat dari kudus maupun sekitarnya cukup antusias untuk menghadiri acara
tersebut. Acara ini dilaksanakan pada hari senin legi.
Menurut penuturan salah satu panitia
pembagian berkat (nasi uyah asem) akan dibagikan dari mulai dari sekitar jam
02.30, untuk dibagikan pada masyarakat yang pada haru itu (10 Muharram) akan
melakukan puasa sunnah.kemudian akan dilanjutkan pada pagi harinya atau lebih
tepatnya sesudah shalat shubuh sekitar jam 04.30.Dan pembagian ini dibagi
menjadi dua tempat diantaranya untuk laki-laki dan perempuan.
Untuk para pengantri laki-laki akan di
beri tempat antrian di gang sebelah toko mubarokatan toyyibah, dan untuk
pengantri perempuan bertempat di gang
parkir motor (jalur masuk) sampai gang belakang menara atau gang
manggala (jalan keluar).
Senin (5/12) lalu misalnya, ribuan
masyarakat dari berbagai daerah rela mengantri sejak pagi hingga siang untuk
mendapat sebungkus nasi uyah asem. Mereka meyakini nasi uyah asem yang berupa
nasi dan lauk seiris daging dibungkus daun jati itu mampu mendatangkan
keberkahan tersendiri dalam kehidupannya.
Salah seorang masyarakat Kudus, Muhammad
Badar (50) sengaja datang lebih pagi hanya ingin mendapatkan berkah dari
sunan Kudus, beliau mengaku telah biasa mengikuti acara ini dari tahun-tahun
sebelumnya.
Ia mempercayai, nasi bungkus dari prosesi
buka luwur akan membawa berkah "Sebagian nasi tersebut akan dimakan
bersama keluarga, sisanya untuk para tetangga yang belum mendapatkan nasi
tersebut," ujarnya.
Disamping runtutan acara buka luwur
ternyata telah disediakan posko kesehatan yang berada di area parkir motor.
Posko ini bertujuan untuk mewaspadai kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Dan juga pada malam acara punncak telah disediakan satu mobil ambulan untuk
berjaga-jaga.
|
Penutup
1.
Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tradisi Buka
Luwur adalah tradisi yang sudah dilaksanakan pada zaman dahulu sampai sekarang,
tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingati wafatnya Sunan Kudus yaitu K.
H. Ja’far Shodiq.
2.
Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita
menjelaskan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami,
karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu
minal khotto’ wannisyan, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah IAD, ISD, IBD Ibu EFA
IDA AMALIYAH, MA. Yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri
dan untuk negara dan bangsa.
Daftar Pustaka
Sofwan,
Ridin, Wasit, Mundiri, 2000, Islamisasi di Jawa,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mu’tasim, Radjasa, Abdul Munir Mulkhan,
1998, bisnis Kaum Sufi, Yoyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwadi, 2005 Upacara Tradisional
jawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Notowidagdo,Rohiman, 2000, ILMU BUDAYA
DASAR BERDASARKAN AL-QURAN DAN HADITS, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Syam, Nur, 2005, ISLAM PESISIR, Yogyakarta:
LKiS Yogykarta.
Lampiran
[4] Tradisi adalah Tata
kehidupan dan kebiasaan masyarakat islam itu ditetapkan oleh islam untuk berhikmad
terhadap akidah dan ibadahnya, pemikiran dan perasaannya, kemudian akhlak dan
kemuliaannya.
[8] Deni adalah salah
satu panitian YM3 SK (Yayasan Masid, Menara, Makam Sunan Kudus) Yang berasal
dari Sumatra. Dan Sampai sekarang beliau masih mendedikasikan waktunya untuk
menjadi pengurus YM3 Sunan Kudus.
[9] Majllis pengajian yang teah ada sejak
lama dimana di dalamnya membahas masalah-masalah keagamaan seperti Bahtsul
Masail.
[11] Acara Doa rasul dan terbang papat merupakan start untuk memulai memasak, acara ini juga disertai doa
diantaranya untuk meminta kepada Allah SWT. Akan kelancaran buka luwur.
[13]Pemberian bantuan antara lain berupa uang uang .
[14] Masyarakat yang hadir
bukan dari kudus saja ada yang dari jepara, pati, demak, bahkan semarang.
[15] Radjasa Mu’tasim, Abdul
Mun’im Mulkhan 1998, “Bisnins Kaum Sufi”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hal. 109.
[16] Di ambil dari kata berkah
atau barokah sengan tujuan yang memakannya akan mendapatkan berkah dari Allah
SWT.
0 komentar
Posting Komentar